Naskah Monolog - Ruhulel Arthur S Nalan |
RUHULEL (LELUHUR)
Arthur S Nalan
TAMPAK LAYAR PUTIH TERBENTANG DI BELAKANG. LAYAR INI FUNGSINYA UNTUK MENAMPILKAN ADEGAN-ADEGAN “BAYANGAN” YANG DIKISAHKAN TOKOH ANAK BUNGONG.
MUNCUL ANAK BUNGONG. SEORANG PEREMPUAN YANG BERPAKAIAN HITAM-HITAM DARI KAIN SEMACAM KARUNG GONI MEMAKAI TUDUNG ANYAMAN KASAR DARI RANTING-RANTING. DIA MEMBAWA TEMPAT AIR DARI BAMBU (LODONG) KELIHATANNYA “MENAKUTKAN” KARENA ITU DIA DIJULUKI SI PENJAGA DANAU RUHULEL.
(BERDIRI DI ATAS SEBUAH TEMPAT YANG AGAK TINGGI) Aha sekarang para binatang itu sedang berkumpul, minum air danau Ruhulel. Semoga saja mereka yang beragam itu tetap akur. (PADA PENONTON) Namaku yang sebenarnya, aku tidak tahu. Setahuku aku sudah ada di sini sekitar pulau Ruhulel dan danaunya. Yang aku tahu dibawah pohon trembesi jenggot ada makam panjang sepasang. Dipohon tinggi besar itu juga dihuni codot-codot besar, kalau siang bergelantungan tidur kalau malam mereka pergi entah ke mana. Aku tinggal di bawah pohon Trembesi jenggot itu ada gua dan di dalamnya sudah ditata seperti tempat tinggal, ada ranjang kayu kasar dari batang pohon dan perapian. Aku ingat yang mengasuhku, aku anggap sebagai ibuku yaitu seorang wanita yang dipanggil Mak Bungong, karena orang-orang pulau Besar yang mencari getah dan madu memanggilnya dan suka barter makanan. Mak Bungong (SEDIH) dia sudah meninggal, aku menguburkannya di dekat pohon Jelapang langit. (BERDIRI) Sejak itu aku bertekad pulau Ruhulel harus aku jaga, hutannya juga para binatang penghuninya. Perlahan tapi pasti aku tumbuh seperti ini. Ketika bertemu dengan orang-orang pulau Besar, aku bilang: Mak Bungong sudah mati, aku penggantinya ! (TERTAWA) Mereka sepeti takut padaku, lalu berbegas kembali. Entah apa yang diceritakan mereka pada orangorang di pulau Besar lainnya, yang aku belum pernah datangi itu. Aku mau berkisah tentang para binatang yang beragam, kenapa mereka bisa akur dan tak berebut air danau, juga tidak ada mangsa memangsa. Mau tahu ? Karena aku menemukan rahasianya, justru air danau Ruhulel itu.
(KETIKA ANAK BUNGONG BERKISAH. DI LAYAR BELAKANG MULAI ADA “BAYANGAN” HITAM PUTIH, SEPERTI LAYAKNYA WAYANG KULIT SAJA. HANYA WAYANGNYA BERBEDA SESUAI DENGAN YANG DICERITAKAN).
Danau Ruhulel tak ada yang tahu kisahnya, kecuali Mak Bungong pernah berkisah begini. (MENGGANTI WARNA SUARANYA AGAK SERAK) Heh Bungong , kamu harus tahu tentang danau Ruhulel yang aku warisi sebagai penjaganya. Aku diberitahu oleh pasangan Mambang dan Peri hutan Ruhulel yang tak pernah orang percayai, tapi aku percaya. Dulu danau ini katanya bekas kawah purba, entah kapan meletusnya, namanya gunung Ruhulel. Kemudian menjadi kawah kosong dan mulai diisi air, akhirnya menjadi danau yang tenang berhutan lebat. Binatang yang beragam pun mulai menjadi penghuni pulau ini.
(SAMBIL BERKISAH DIA MENGELUARKAN TEMPAT AIR YANG TERBUAT DARI BAMBU (LODONG) DAN MEMINUMNYA)
Air yang kuminum pun dari danau indah dan damai itu. Aku teruskan kisahku. Aku pernah diajak berkeliling pulau Ruhulel oleh Mak Bungong, apa yang dilakukan Mak Bungong setiap dia lewat pepohonan yang ada binatangnya, dia berhenti sejenak lalu seperti bicara pada binatang tersebut, anehnya binatang itu turun dan mendekat lalu mereka saling pandang dan binatang itu perlahan mengikuti kami.
Begitu dan begitu, kalau bertemu binatang, dari harimau, bajing, kijang, monyet, bahkan Kukang meski lamban mengikuti kami. Ketika sampai di pinggiran danau, para binatang itu minum dan istirahat, nampak damai. Tidak ada saling berebut air, lalu Mak Bungong berkisah tentang manusia-manusia tanpa wajah yang datang dari pulau Besar.
(ANAK BUNGONG BERPINDAH DUDUKNYA. DAN MULAI MENGELUARKAN PERALATAN MAKAN SIRIHNYA) Makan sirih ini diajarkan Mak Bungong padaku, katanya biar kuat dan segar terus. Kalau ngantuk segera makan sirih. Tidak percaya, coba saja. (MELEMPAR SATU BUNGKUS KECIL SIRIH PADA PENONTON). Itu tinggal kunyah ! (TERTAWA). Sambil makan sirih aku akn berkisah tentang orang-orang tanpa wajah yang datang dari pulau Besar di luar sana. Mak Bungong pernah berpesan padaku (MERUBAH SUARANYA AGAK SERAK) Bungong, kamu harus tahu, orang-orang pulau Besar itu beragam, ada yang baik ada yang jahat, ada yang kasar ada yang halus, ada juga yang tanpa wajah, enggak jelas karena mereka hanya mencari keuntungan semata. Ada juga manusia abu-abu, ada juga manusia ubelubel yang sombong.
(DI LAYAR BELAKANG TAMPAK APA YANG DIKISAHKAN ANAK BUNGONG)
(MERUBAH SUARANYA KE ASAL) Aku mendengarkan, para binatang juga mendengarkan. Kukang yang lamban pun datang perlahan mendekat dan memegang tanganku perlahan sekali. Aku peluk dia, dan akhirnya jadi sahabatku kupanggil dia Kukangku. (MENGUNYAH SIRIH DAN MINUM SEDIKIT). Tentang orang-orang pulau Besar, semuanya terpesona pada danau Ruhulel, mereka pernah berebut menguasai sisi-sisi yang indah dari danau Ruhulel. Tapi Mak Bungong sebagai penjaganya menjaganya, dia angkat bicara (MERUBAH KEMBALI SUARANYA AGAK SERAK) Kalian bukan pewaris danau ini, danau ini harus kujaga. Tapi kalian bisa memanfaatkannya bersama, minumlah air danau Ruhulel ini, ayo minum ! (KEMBALI KE SUARA ASLINYA) Semua orang minum air danau ini, tampak wajah-wajah mereka sangat cerah, bahkan terasa damai, tak ada pertentangan ingin memiliki danau Ruhulel. Mereka seperti berjanji, bahwa danau Ruhulel harus dijaga bersama. Sejak itu orang-orang pulau Besar, suka datang ke tepi danau hanya untuk minum dan menikmati pemandangan, kecuali orang-orang tanpa wajah yang merasa malu karena setelah minum air danau Ruhulel, wajah mereka jadi nampak aslinya. Salah seorang pemimpinnya dipanggil Rakuza bicara (MERUBAH SUARANYA MENJADI BERAT) Kita harus kuasai pulau Ruhulel berikut danau keramatnya ! Ini bisa menghasilkan uang, kita bisa menjual airnya menjadi mahal ! (KEMBALI KE SUARA ASLINYA) Ketika mendengar niat jahat Rakuza, Mak Bungong menentangnya (MERUBAH SUARANYA AGAK SERAK) Kalian orang-orang tanpa wajah, kaluan sudah dibuka kedok kalian dengan meminum air danau Ruhulel, tapi kalian malu. Niat jahat kalian aku tentang, aku penjaga pulau ini ! (MERUBAH SUARANYA MENJADI BERAT) Aku Rakuza, kamu penjaga pulau damai ini, tangkap dan gantung !
(ANAK BUNGONG MEMBUANG LUDAH SIRIHNYA)
(KEMBALI PADA SUARA ASLINYA) Itulah akhir dari kisah Mak Bungong, ibuku. Rakuza tidak tahu kalau aku menyaksikan kejadian itu, dan diam-diam mencari cara untuk mengusir orang-orang tanpa wajah itu. Aku pulang karena takut ke bawah pohon Trembesi jenggot bersandar di mulut gua pohon itu. Sampai aku ketiduran, aku terbangun karena mendengar suara kepak kelepak sayap-sayap codot hitam penghuni pohon trembesi jenggot pada turun mendekatiku. Terbang disekitarku, berkumpul. Tiba-tiba aku melihat sepasang sosok tinggi besar berwajah hampir sama, seperti gundala-gundala muncul dari makam panjang sepasang. Mereka memandangku tanpa bicara. Kukangku datang perlahan, aku memeluknya. Ketika kukangku mengangkat kepala dan memandang para codot, Gundala-gundala itu bicara perlahan tapi jelas (MERUBAH SUARANYA PERLAHAN SEPERTI DALAM BAHASA WAYANG ORANG) Anak Bungong kamu jangan bengong. Segera bangkit dan bersihkanlah pulau Ruhulel ini dari gangguan orang-orang tanpa wajah yang dipimpin Rakuza. Jangan takut, codot-codot akan melindungimu. Pergilah !
(ANAK BUNGONG BANGKIT BERKELILING SAMBIL BICARA) Aku segera berangkat, di atasku puluhan codot dalam kepak kelepak sayap-sayap mereka yang lebar. Kami menuju danau ruhulel, kami tiba menjelang senja. Orang-orang tanpa wajah sudah berkumpul, mereka membawa tong-tong kayu besar sedang mengangkut air danau di bawah ke kapal mereka, tidak merasa malu. Mereka merasa menjadi pemiliknya.
(ANAK BUNGONG BERTERIAK) Hei orang-orang tanpa wajah ! Hentikan mengangkut air danau Ruhulel itu. (MERUBAH SUARANYA MENJADI BERAT) Kamu siapa heh? (KEMBALI KE SUARA ASLINYA) Aku anak bungong penjaga danau Ruhulel dan pulaunya ! (MERUBAH SUARANYA MENJADI BERAT) Anak bungong ? (TERTAWA BERAT) Kau anaaknya si Mak Bungong yang kami gantung ? (KEMBALI KE SUARA ASLINYA) Benar, aku ingin kau hentikan segera, kalau tidak ? (MERUBAH SUARANYA MENJADI BERAT) Kalau tidak apa ? (KEMBALI KE SUARA ASLINYA) Kamu lihat di atasku ? (MERUBAH SUARANYA MENJADI BERAT) Ya, hanya codot-codot besar, memangnya kami takut ? (KEMBALI KE SUARA ASLI) Kalau tidak tahut, tak apalah ! Tapi mereka akan menjatuhkan hukuman pada kalian !
(TIBA-TIBA DI LAYAR BELAKANG BAYANGAN MENGERIKAN. ORANG-ORANG TANPA WAJAH DISERANG PULUHAN CODOT YANG MENJADI GANAS DAN AKHIRNYA MEREKA BERLARIAN DAN BANYAK YANG MATI)
Hei ! Orang-orang tanpa wajah ! Katanya tidak takut ! (MEMUNGUT BEDIL YANG DITINGGALKAN ORANG-ORANG TANPA WAJAH) Hei ! Rakuza bedilmu ketinggalan ! (LARI KE TEMPAT YANG TINGGI DI SUDUT KANAN PANGGUNG) Dasar orang-orang tanpa wajah. Mereka lari tunggang langgang, dikejar terus codot-codot besar itu ! (MENIMANG-NIMANG BEDIL) Mau kuapakan bedil Rakuza ini ? (BERPIKIR SESAAT) Sebaiknya kubuang saja ke danau Ruhulel ! Sekali orang pegang bedil rasanya dia tak akan ada yang mengalahkan ! Aku harus menurunkan Mak Bungong dari tali gantungan ! (BERTERIAK) Mak Bungong anak Bungong datang ! (LAMPU MATI)
(TAMAT)
Bandung, 10 Januari 2018
Catatan glosari
Anak Bungong = Anak BungaCodot-codot = kelelawar besar
Gundala-gundala = topeng totem mahluk gaib dalam budaya Batak
Rakuza = Rakus
Lodong = tempat air dari bambu
Mak Bungong = Ibu Bunga
Ruhulel (dibaca terbalik): Leluhur
Sumber : Panduan FLS2N SMA 2018
Assalamu’alaikum kak, saya dari Lampung.
ReplyDeletesaya ingin tanya kak, layar di belakang itu maksudnya gimana ya kak? apakah ada orang di belakang layar tsb, atau menggunakan video yang kita bikin sendiri?
terima kasih ya kak
Waalaikumsalam,
ReplyDeleteTerima kasih Pak Jakarya.
Kalau menurut saya layar di belakang itu layar putih yang biasanya digunakan untuk adegan bayangan dari tokoh yang berperan (di sini Anak Bungong).
Sebagai gambaran, seperti Wayang kulit
ReplyDeletejadi, apakah ada orang selain pemonolog tsb yang memainkan adegan di belakang layar putih tersebut? mohon dijelaskan kembali pak.
ReplyDeleteterima kasih
Kalau yang saya pahami bahwa "pemonolog" itu yang berperan sebagai tokoh Anak Bungong,
ReplyDelete(KETIKA ANAK BUNGONG BERKISAH. DI LAYAR BELAKANG MULAI ADA “BAYANGAN” HITAM PUTIH, SEPERTI LAYAKNYA WAYANG KULIT SAJA. HANYA WAYANGNYA BERBEDA SESUAI DENGAN YANG DICERITAKAN).
oke kalau begitu pak, terima kasih atas penjelasannya pak
ReplyDeleteSama-sama Pak Jakarya.
ReplyDeleteSemoga Sukses.
Salam hormat buat teman-teman Guru dan Seniman di Lampung
siap pak, doakan kami sukses pak disini
ReplyDeleteMaaf mohon penjelasannya…
ReplyDeleteterkait layar belakang dan bayangan hitam putih tsb bukankah ini efek yg ditimbulkan dr video atau yg lain. Bukan bayangan yg dihasilkan olh pemonolog ya? Terus kata “Ruhilel” kita ucapkan Leluhur atau tetap ruhulel. Temkash.
Kalau pemahaman saya bayangan itu adalah efek yang ditimbulkan oleh pemonolog (seperti bayangan pada wayang).
ReplyDeletePengucapan "Ruhulel" menurut saya adalah tetap "Ruhulel".